Biografi Pahlawan Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara
memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat. Beliau berasal dan
keluarga keturunan Keraton Yogyakarta. Beliau mengganti namanya tanpa
gelar bangsawan agar dapat lebih dekat dengan rakyat. Setelah
menyelesaikan pendidikan dasarnya, beliau belajar di STOVIA, tetapi
tidak menamatkannya karena sakit. BeIiau kemudian bekerja sebagai
wartawan di beberapa surat kabar, antara lain De Express, Utusan
Hindia,dan Kaum Muda. Sebagai penulis yang handal, tulisannya mampu
membangkitkan semangat antikolonialisme rakyat Indonesia.
Ki Hajar Dewantara juga aktif di bidang
politik dengan bergabung ke dalam Budi Utomo, lalu mendirikan Indische
Partij sebagai partai politik pertama yang beraliran nasionalisme
Indonesia pada tanggai 25 Desember 1912 bersama kedua rekannya, Douwes
Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo . Ki Hajar Dewantara juga ikut
membidani terbentuknya Komite Bumiputra di tahun 1913 sebagai bentuk
protes terhadap rencana Belanda memeringati kemerdekaannyaa dan
Perancis. Beliau kemudian membuat sebuah tulisan pedas di harian De
Express yang berjudui “Als lk een Nederlander” (Seandainya Aku Seorang
Belanda). Melalui tulisan ini, beliau menyindir Belanda yang hendak
merayakan 100 tahun kemerdekaannyaa dan Perancis di negeri jajahan
dengan menggunakan uang rakyat indonesia. Berikut ini kutipannya.
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku
tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah
kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu,
bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh Si
inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. ide untuk
menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang
kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin
itu ! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung
perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander
diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan
sedikit pun baginya”
Akibatnya, Belanda pun langsung
menjatuhkan hukuman pengasingan. Bersama Douwes Dekker dan Cipto
Mangoenkoesomo, beliau dibuang ke Belanda. Di Belanda, Ki Hajar
Dewantara memanfaatkan kesempatan mendalami masalah pendidikan dan
pengajaran. Setelah kembali ke tanah air, Ki Hajar Dewantara memusatkan
perjuangan melalui pendidikan dengan mendirikan perguruan Taman Siswa
pada tanggal 3 JuIi 1922. Perguruan ini merupakan wadah untuk menanamkan
rasa kebangsaaan kepada anak didik. Ajaran Ki Hajar Dewantara yang
terkenal adalah ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa, dan tut
wuri handayani. Artinya adalah di depan memberi teladan, di tengah
memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan. Berkat jasanya yang
besar di bidang pendidikan maka pemerintah menetapkan beliau sebagai
Bapak Pendidikan dan tanggal lahirnya, 2 Mei sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Pada tahun 1957, beliau mendapat gelar Doctor Honoris Causa
dan UniversitaS Gadjah Mada. Dua tahun setelah mendapat gelar tersebut,
beliau meninggal dunia pada tanggat 26 April 1959 di Yogyakarta dan
dimakamkan di Taman Wijaya Brata.
- Tempat/TgI. Lahir : Yogyakarta, 2 Mei 1889
- Tempat/TgI. Wafat : Yogyakarta, 26 April 1959
- SK Presiden : Keppres No. 305 Tahun 1959, Tgl. 28 November 1959
- Gelar : Pahlawan Nasional
Selain ajarannya di bidang pendidikan, Ki Hadjar juga meninggalkan pesan yang sangat balk diteladani. Pesan tersebut kini dapat dilihat pada Museum Sumpah Pemuda di JI. Kramat Raya, Jakarta. “Aku hanya orang biasa yang Bekerja untuk bangsa lndonesia dengan cara Indonesia. Namun, yang penting untuk kalian yakini, sesaat pun aku tak pernah mengkhianati tanah air dan bangsaku, lahir maupun batin aku tak pernah mengkorup kekayaan negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar